MAKALAH PERAWATAN LUKA
KDM
I
Makalah
ini di buat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia 1
mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia 1
Disusun Oleh:
1. Eky
Ugi Yartiwi Meileni
2. F.
Laksita dewi
3. Farida
Purnama Sari
4. Intan
Mutia P
5. Nurul
Ismiati
6. Nanda
Agus Safitri Retnoningsih
7. Rishan
Muhammad Mahfud
8. Ruti
Emayanti
9. Sholikah
10. Susi
Susanti
AKADEMI
KEPERAWATAN MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA
TAHUN
2014
PENGESAHAN
Makalah ini
telah diterima dan disahkan oleh dosen pembimbing Akademi Keperawatan Mamba’ul
‘Ulum Surakarta guna memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia 1
Tahun
Ajaran 2014/2015
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Dosen
Pembimbing
Rina
Tri Handayani
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke
hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Perawatan Luka”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan
Dasar Manusia 1. Tujuan yang
lebih khusus dari penulisan makalah ini
ialah untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara perawatan luka
yang baik dalam kehidupan sehari-hari,
yang kami sajikan berdasarkan berbagai sumber
informasi, referensi, dan berita.
Kami
menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang
telah
memberikan tugas untuk menulis makalah ini, serta
kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini,
tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan
orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Akademi Keperawatan Mamba’ul Ulum Surakarta.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan.
Surakarta, Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL...............................................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................2
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................3
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3. Tujuan Penulisan..............................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................2
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................3
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3. Tujuan Penulisan..............................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian ………………………………………………………………………………6
2.2.
Proses Penyembuhan Luka……………………………………………………………..8
2.3
Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
. …………………………….....9
2.4.
Perawatan
Luka Bersih ……………………………………………………………….10
2.5
Perawatan Luka Basah…………………………………………………………………13
2.6. Menjahit Luka…………………………………………………………………………15
2.7.
Mengangkat Jahitan…………………………………………………………………...17
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
...................................................................................................................19
3.2.
Saran
..............................................................................................................................19
DAFTAR
PUSTAKA
..........................................................................................................20
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada saat ini, perawatan
luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade
terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang
sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu
terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan
perubahan profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan
kelainan metabolic semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering
menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar
proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat
dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait
dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif,
perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang
ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang
lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost
effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu
tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam
perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka
1.2. Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian dari luka?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya luka?
3. Bagaimana proses penyembuhan luka?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi
proses penyembuhan luka?
5. Bagaimana perawatan luka basah?
6. Bagaimana mengenai menjahit luka?
1.3.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian luka
2. Untuk mengetahui bagaimana proses penyembuhan
luka
3. Untuk mengetahui Faktor yang
mempengaruhi penyembuhan luka
4. Untuk mengetahui cara merawat luka
basah
5. Untuk mengetahui bagaimana mengenai
menjahit luka
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Luka
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas
suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa
diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan
lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan
yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit
meliputi: superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis, partial thickness,
yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang
melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke
tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga,
yaitu:
a. Healing by primary intention
Tepi
luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu
insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari
bagian internal ke ekseternal.
b. Healing by secondary
intention
Terdapat
sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
c. Delayed primary healing (tertiary
healing)
Penyembuhan
luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan
penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa
dibedakan menjadi dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika
penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis
adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih
dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses
penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa
juga dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed
healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Mekanisme terjadinya luka
1. Luka
insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya
tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka
memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka
lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda
lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka
tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru
atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka
gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh
kaca atau oleh kawat.
6. Luka
tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
lukanya akan melebar.
7.
Luka Bakar (Combustio)
Menurut
tingkat Kontaminasi terhadap luka :
1)
Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak
terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi
pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka
bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan
drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka
sekitar 1% - 5%.
2) Clean-contamined
Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran
respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3%
- 11%.
2.2. Proses Penyembuhan Luka
1. Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang
spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih (overlap)
2. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis
jaringan yang rusak serta penyebab luka tersebut
3. Fase penyembuhan luka :
a. Fase inflamasi :
§
Hari ke 0-5
§
Respon segera setelah
terjadi injuri
§
Pembekuan darah
§
Untuk mencegah
kehilangan darah
§
Karakteristik :
tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
§
Fase awal terjadi
haemostasis
§
Fase akhir terjadi
fagositosis
§
Lama fase ini bisa
singkat jika tidak terjadi infeksi
b. Fase proliferasi or epitelisasi
·
Hari 3 – 14
·
Disebut juga dengan
fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka
·
Luka nampak merah
segar, mengkilat
·
Jaringan granulasi
terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru,
fibronectin and hyularonic acid
·
Epitelisasi terjadi
pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian
luka
·
Epitelisasi terjadi
pada 48 jam pertama pada luka insisi
c.
Fase maturasi atau remodelling
ü
Berlangsung dari
beberapa minggu sampai dengan 2 tahun
ü
Terbentuknya kolagen
yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile
strength)
ü
Terbentuk jaringan
parut (scar tissue)
ü
50-80% sama kuatnya
dengan jaringan sebelumnya
ü
Terdapat pengurangan
secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang
mengalami perbaikan
2.3. Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
1. Usia, Semakin
tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan
2.
Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses
penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel
penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang
maupun kedalaman luka.
3.
Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan
vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk
penyembuhan luka.
4.
Hematoma, Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali
darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi.
Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk
dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
5.
Benda asing, Benda asing seperti pasir atau
mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut
diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit
(sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah
6.
Iskemia, Iskemi merupakan suatu keadaan dimana
terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari
aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu
ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada
pembuluh darah itu sendiri.
7.
Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan
mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel.
Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
8.
Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme
peradangan normal tubuh terhadap cedera, Antikoagulan : mengakibatkan
perdarahan, Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk
bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka
pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
Pemilihan
Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi
dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan
oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature
tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Menurut
Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab
ini antara lain:
1.
Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis
dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana
lembab.
2.
Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan
luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih
cepat.
3.
Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih
rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
4.
Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka
untuk membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen
tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
5.
Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil
yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih
dini.
2.4. Perawatan Luka Bersih
Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan
jaringan juga untuk mencegah infeksi. Luka yang sering ditemui oleh bidan di
klinik atau rumah sakit biasanya luka yang bersih tanpa kontaminasi misal luka
secsio caesaria, dan atau luka operasi lainnya. Perawatan luka harus
memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi port de entre nya mikroorganisme
yang dapat menginfeksi luka.
A. PERSIAPAN
1.
Mencuci
tangan
2.
Menyiapkan
alat-alat dalam baki/trolley
Alat
Steril dalam bak instrumen ukuran sedang tertutup:
ü Pinset anatomis (2 buah)
ü Pinset chirurgis (2 buah)
ü Handscoon steril
ü Kom steril (2 buah)
ü Kassa dan kapas steril secukupnya
ü Gunting jaringan/ Gunting Up Hecting (jika
diperlukan)
Alat Lain:
ü Gunting Verband/plester
ü Plester
ü Nierbekken (Bengkok)
ü Lidi kapas
ü Was bensin
ü Alas / Perlak
ü Selimut Mandi
ü Kapas Alkohol dalam tempatnya
ü Betadine dalam tempatnya
ü Larutan dalam botolnya (NaCL 0,9%)
ü Lembar catatan klien
3.
Setelah
lengkap bawa peralatan ke dekat klien
B. MELAKUKAN PERAWATAN LUKA
1.
Mencuci
tangan
2.
Lakukan
inform consent lisan pada klien/keluarga dan intruksikan klien untuk tidak
menyentuh area luka atau peralatan steril.
3.
Menjaga
privacy dan kenyamanan klien dan mengatur kenyamanan klien
4.
Atur
posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain bagian luka dengan
selimut mandi.
5.
Siapkan
plester untuk fiksasi (bila perlu)
6.
Pasang
alas/perlak
7.
Dekatkan
nierbekken
8.
Paket
steril dibuka dengan benar
9.
Kenakan
sarung tangan sekali pakai
10. Membuka balutan lama :
o Basahi plester yang melekat
dengan was bensin dengan lidi kapas.
o Lepaskan plester
menggunakan pinset anatomis ke 1 dengan melepaskan ujungnya dan menarik secara
perlahan, sejajar dengan kulit ke arah balutan.
o Kemudian buang balutan ke
nierbekken.
o Simpan pinset on steril ke
nierbekken yang sudah terisi larutan chlorin 0,5%
11. Kaji Luka:
Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade
luka, warna dasar luka, fase proses penyembuhan, tanda-tanda infeksi perhatikan
kondisinya, letak drain, kondisi jahitan, bila perlu palpasi luka denga tangan non
dominan untuk mengkaji ada tidaknya puss.
12. Membersihkan luka:
ü Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang ke kom kecil ke 1
ü Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan tangan
kiri memegang pinset anatomis ke-2
ü Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka (dengan
cara memasukkan kapas/kassa ke dalam kom berisi NaCL 0,9% dan memerasnya dengan
menggunakan pinset)
ü Lalu mengambil kapas basah dengan pinset
anatomis dan dipindahkan ke pinset chirurgis
ü Luka dibersihkan menggunakan kasa lembab dengan
kassa terpisah untuk sekali usapan. Gunakan teknik dari area kurang
terkontaminasi ke area terkontaminasi.
13. Menutup Luka
§ Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kassa
steril kering yang diambil dengan pinset anatomis kemudian dipindahkan ke
pinset chirurgis di tangan kanan.
§ Beri topikal therapy bila diperlukan/sesuai
indikasi
§ Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka
basah) atau langsung ditutup dengan kassa kering (kurang lebih 2 lapis)
§ Kemudian pasang bantalan kasa yang lebih tebal
§ Luka diberi plester secukupnya atau dibalut
dengan pembalut dengan balutan yang tidak terlalu ketat.
14. Alat-alat dibereskan
15. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tong sampah
16. Bantu klien untuk berada dalam posisi yang
nyaman
17. Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan
C. DOKUMENTASI
1. Hasil observasi luka
2. Balutan dan atau drainase
3. Waktu melakukan penggantian
balutan
4. Respon klien
2.5. Perawatan Luka Basah
Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang
memerlukan debridemen (pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati atau
berdekatan dengan lesi akibat trauma atau infeksi sampai sekeliling jaringan
yang sehat)
Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi
yang memerlukan debridement
Tujuan
:
1.
Membersihkan luka
terinfeksi dan nekrotik
2.
Mengabsorbsi semua
eksudat dan debris luka
3.
Membantu menarik
kelompok kelembapan ke dalam balutan
Persiapan alat :
1.
Bak balutan steril :
·
Kapas balut atau kasa
persegi panjang
·
Kom kecil 2 buah
·
2 pasang pinset (4
buah) atau minimal 3 buah (2 cirurgis dan 1 anatomis)
·
Aplikator atau spatel
untuk salaep jika diperlukan
·
Sarung tangan steril
jika perlu
2.
Perlak dan pengalas
3.
Bengkok 2 buah
·
Bengkok 1berisi
desinfektan 0,5 % untuk merendam alat bekas
·
Bengkok 2 untuk
sampah
4.
larutan Nacl 0,9 %
5.
Gunting plester dan
sarung tangan bersih
6.
Kayu putih dan 2 buah
kapas lidi
Prosedur :
1.
Jelaskan prosedur
yang akan dilakuakan
2.
Dekatkan peralatan di
meja yang mudah dijangkau perawat
3.
Tutup ruangan sekitar
tempat tidur dan pasang sampiran
4.
Bantu klien pada
posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian luka dan instruksikan pada klien
supaya tidak menyentuh daerah luka atau peralatan
5.
Cuci tangan
6.
Pasang perlak
pengalas di bawah area luka
7. Pakai sarung tangan bersih, lepaskan
plester dengan was bensin menggunakan lidi kapas, ikatan atau balutan. Lepaskan
plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan sejajar kulit
dan mengarah pada balutan. Jika masih terdapat bekas plester di kulit bersihkan
dengan kayu putih
8.
Angkat balutan kotor
perlahan-lahan dengan menggunakan pinset atau sarung tangan, pertahankan
permukaan kotor jauh dari penglihatan klien. Bila terdapat drain angkat balutan
lapis demi lapis
9.
Bila balutan lengket
pada luka lepaskan dengan menggunakan normal salin ( NaCl 0,9 % )
10.
Observasi karakter
dari jumlah drainase pada balutan
11.
Buang balutan kotor
pada sampah, hindari kontaminasi permukaan luar kantung, lepaskan sarung tangan
dan simpan pinset dalam bengkok yang berisi larutan desinfektan
12.
Buka bak steril,
tuangkan larutan normal salin steril ke
dalam mangkok kecil. Tambahkan kassa ke dalam normal salin
13.
Kenakan sarung tangan
steril
14.
Inspeksi keadaan
luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau penutup kulit
dan karakter drainase ( palpasi luka bila perlu dengan bagian tangan yang
nondominan yang tidak akan menyentuh bahan steril )
15.
Bersihkan luka dengan
kapas atau kassa lembab yang telah dibasahi normal salin. Pegang kassa atau
kapas yang telah dibasahi dengan pinset. Gunakan kassa atau kapas terpisah
untuk setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang
terkontaminasi ke area terkontaminasi
16.
Pasang kassa yang
lembab tepat pada permukaan kulit yang luka. Bila luka dalam maka dengan
perlahan buat kemasan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara perlahan
masukan kassa ke dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan kassa
lembab
17.
Luka ditutup dengan
kassa kering. Usahakan serat kassa jangan melekat pada luka. Pasang kassa
lapisan kedua sebagai lapisan penerap dan tambahkan lapisan ketiga
18.
Luka difiksasi dengan
plester atau dibalut dengan rapi,
19.
Lepaskan sarung
tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan, dan simpan pisnet yang telah
digunakan pada bengkok perendam
20.
Bereskan semua peralatan
dan bantu pasien merapikan pakaian, dan atur kembali posisi yang nyaman
21.
Cuci tangan setelah
prosedur dilakukan
22.
Dokumentasikan hasil,
observasi luka, balutan dan drainase, termasuk respon klien
Perhatian :
-
Pengangkatan balutan
dan pemasangan kembali balutan basah
kering dapat menimbulkan rasa nyeri pada klien
-
Perawat harus
memberikan analgesi dan waktu penggantian balutan sesuai dengan puncak efek
obat
-
Pelindung mata harus
digunakan jika terdapat resiko adanya kontaminasi ocular seperti percikan dari
luka
2.6. Menjahit Luka
Penutupan luka atau penjahitan luka
mengacu kepada pendekatan jaringan untuk memulihkan anatomi normal setelah
pembedahan atau trauma. Tujuan penutupan luka adalah mempercepat penyembuhan
dan memulihkan fungsi sementara memperkecil risiko infeksi dan pembentukan
jaringan parut.
Penjahitan luka adalah suatu
tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan benang sampai sembuh dan cukup
untuk menahan beban fisiologis.Jahitan digunakan untuk hemostasis atau untuk menghubungkan
struktur anatomi yang terpotong (Sabiston,1995).
Persiapan
Alat dan Bahan
1. Pisau bedah
2. Dissecting scissors (gunting bedah)
3. Suture scissors (gunting benang)
4. Needle holders, Fungsi untuk memegang jarum penjahit
5. Suture needles ( jarum )
6. Towel clamps, fungsi
untuk menjepit dan menahan jaringan
7. Benang
8. Cairan
desifektan : povidon-iodidine 10 % (bethadine )
9. Cairan NaCl
0,9% dan perhydrol 5 % untuk mencuci luka.
10. Anestesi lokal lidocain 2%.
11. Sarung tangan steril
12. Kasa steril
Pelaksanaan
1.
Rambut sekitar tepi luka dicukur sampai bersih.
2.
Kulit dan luka didesinfeksi dengan cairan bethadine 10%, dimulai dari
bagian tengah kemudian menjauh dengan gerakan melingkar.
3.
Daerah operasi dipersempit dengan duk steril, sehingga bagian yang terbuka
hanya bagian kulit dan luka yang akan dijahit.
4.
Dilakukan anestesi local dengan injeksi infiltrasi kulit sekitar luka.
5.
Luka dibersihkan dengan cairan perhydrol dan dibilas dengan cairan NaCl.
6.
Jaringan kulit, subcutis, fascia yang mati dibuang dengan menggunakan pisau
dan gunting.
7.
Luka dicuci ulang dengan perhydrol dan dibilas dengan NaCl.
8.
Jaringan subcutan dijahit dengan benang yang dapat diserap yaitu plain
catgut secara simple interupted suture. Kulit dijahit benang yang tak dapat
diserap yaitu silk.
Simple
interupted suture/Jahitan Simpul Tunggal
Indikasi: pada semua luka
Dilakukan sebagai berikut:
·
Jarum ditusukkan pada kulit sisi pertama dengan sudut sekitar 90 derajat,
masuk subcutan terus kekulit sisi lainnya.
·
Perlu diingat lebar dan kedalam jaringan kulit dan subcutan diusahakan agar
tepi luka yang dijahit dapat mendekat dengan posisi membuka kearah luar
(everted)
·
Dibuat simpul benang dengan memegang jarum dan benang diikat.
·
Penjahitan dilakukan dari ujung luka keujung luka yang lain.
2.7. Mengangkat Jahitan
Suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan luka,
mengangkat jahitan, menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka. Membuka jahitan adalah tindakan untuk mengangkat atau
membuka jahitan pada luka yang dijahit. Guna dari mengangkat jahitan adalah
untuk mencegah timbulnya infeksi silang dan mempercepat proses penyembuhan.
Tujuan
:
1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mempercepat proses penyembuhan luka
3. Meningkatkan kenyaman fisik dan psikologis
Persiapan :
a. Alat
1. Set perawatan luka dan angkat jahitan dalam bak instrument steril:
-
Sarung tangan steril
-
Pinset 4 (2 anatomis, 2 sirurgis)
-
Gunting hatting up
-
Lidi waten
-
Kom 2 buah
-
Kasa steril
2. Plester
3. Gunting perban
4. Bengkok 2 buah
5. Larutan Nacl
6. Perlak alas
7. Betadin
8. Korentang
9. Alkohol 70%
10. Kapas bulat dan sarung tangan bersih
b. Lingkungan
- Menutup tirai/jendela
- Merapikan tempat tidur
c. Pelaksanaan
- Mengatur posisi sesuai dengan kenyamanan pasien
- Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
- Inform consent
Prosedur pelaksanaan
1. Jelaskan prosedur pada pasien dengan menggambarkan langkah-langkah
perawatan luka
2. Dekatkan semua peralatan yang diperlukan
3. Dekatkan bengkok didekat pasien
4. Tutup ruangan dengan tirai disekitar tempat tidur
5. Bantu klien pada posisi nyaman
6. Cuci tangan secara menyeluruh
7. Pasang perlak dan alas
8. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, angkat
balutan dengan pinset
9. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan,
sejajar dengan kulit yang mengarah pada balutan
10. Dengan
sarung tangan/pinset, angkat balutan
11. Bila
balutan lengket pada luka, lepaskan dengan menggunakan NaCl
12. Observasi
karakter dan jumlah drainase
13. Buang
balutan kotor pada bengkok, lepaskan sarung tangan dan buang pada bengkok yang
berisi clorin 5%
14. Buka bak
instrument, siapkan betadin dan larutan NaCl pada kom, siapkan plester,
15. Kenakan
sarung tangan steril
16. Inspeksi
luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan dan karakter
drainase serta palpasi luka (kalau perlu)
17. Bersihkan
luka dengan NaCl dan betadin dengan memggunakan pinset. Gunakan satu kasa untuk
sekali usapan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi. Gunakan dalam
tekanan progresif menjauh dari insisi/ tepi luka
18. Gunakan
kasa baru untuk mengeringkan luka, usap dengan cara seperti pada langkah 17
19. Melepaskan
jahitan satu persatu selang seling dengan cara: menjepit simpul jahitan dengan
pinset sirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat
dibawah simpul yang berdekatan dengan kulit/ pada sisi lain yang tidak ada
simpulnya.
20. Olesi luka
dengan betadin
21. Menutup
luka dengan kasa steril dan di plester
22. Merapikan
pasien
23. Membersihkan
alat-alat dan mengembalikan ke tempatnya
24. Melepaskan
sarung tangan
25. Perawat
cuci tangan
Hal-hal yang perlu
diperhatikan
1. Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan dapat menyebabkan
pasien terasa nyeri
2. Cermat dalam menjaga kesterilan
3. Mengangkat jahitan sampai bersih tidak ada yang ketinggalan
4. Teknik pengangkatan jahitan disesuaikan dengan tipe jahitan
5. Peka terhadap privasi pasien
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
pemaparan diatas dapat kami simpulkan bahwa :
Luka
adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau
pembedahan. Luka merupakan rusaknya kesatuan/komponen
jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau
hilang. Ada faktor tertentu yang mempengaruhi proses penyembuhan luka. Dan
dibutuhkan keahlian khusus dalam melakukan perawatan luka, agar luka dapat
segera disembuhkan.
Saran
Sebaiknya
dalam perawatan luka dilakukan dengan cara yang benar sesuai dengan prosedur.
Peralatan yang steril dan kemampuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Agar luka
tidak bertambah parah dan cepat disembuhkan. Untuk pemerintah daerah sebaiknya mengadakan
sosialisasi kepada masyarakat awam tentang pentingnya merawat luka agar
meminimalisasi terjadinya penularan penyakit yang disebabkan oleh luka yang
tidak dirawat dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik
Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
Salemba Medika
Bobak, K. Jensen. 2005. Perawatan
Maternitas. Jakarta: EGC.
Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan Bedah.
Jakarta: EGC.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi.
Yogyakarta: Sahabat Setia.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar