Senin, 16 Februari 2015
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا
وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ.
“Segala puji bagi Allah, yang membangunkan kami
setelah ditidurkanNya dan kepadaNya kami dibangitkan.”
Terdengar suara ayam berkokok tapi mata masih
sangat malas untuk terbuka. Ku raih ponsel yang terletak diatas meja disamping
tempat tidur. Kemudian melihat jam yang tertera sudah pukul 05:15 am Astaghfirullah
aku kesiangan. Secepatnya aku bergegas mengambil air wudhu dan menunaikan
ibadah sholat subuh. Selesai sholat aku termenung sejenak memikirkan kehidupan
yang telah ku jalani selama ini dengan sedikit sekali rasa syukur didalamnya. Tiba-tiba
terlintas salah satu nasihat dari ustadz yang pernah ku dengar
“Salah satu kunci wanita masuk surga adalah
dengan menjaga sholat 5 waktunya”
Astaghfirullah..apakah saat ini kunci syurga
gagal kudapati? Jika seperti ini terus, kapan aku bisa menjadi akhwat sholehah
yang bisa membuka pintu syurga dengan kunci yang ada ditangannya. Tanpa terasa
airmata menetes dengan derasnya. Terlintas juga nasihat dari salah satu teman
kampus beberapa waktu yang lalu.
“Wanita sholehah itu yang menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangannya, yang bersabar dalam ketaatan dan
kemaksiatan, serta yang berkorban untuk islam dan umat..”
Lagi-lagi airmata ini tak mau berhenti. Terlihat
sangat jelas bahwa cerminan diri sangat jauh sekali dengan kata “Akhwat
Sholehah”. Terekam segala bentuk perbuatan yang berlawanan dengan ciri-ciri
yang harus terpenuhi, masih belum mampu menjalan perintah Allah meski itu dalam
hal yang sangan pokok misalnya, sholat 5 waktu sering diakhir waktu. Belum lagi
perintah berhijab yang belum terlaksana dengan benar, baik niat maupun
pelaksanaannya. Astaghfirullah.. mampukah diri ini menanggung sebegitu
banyaknya dosa yang ada.
Dengan langkah gontai aku menuju dapur
dan mulai mengambil beras untuk dimasak hari ini. Rasanya malas sekali untuk
melakukannya, tapi jika tidak dilakukan bakal menahan lapar seharian. Selanjutnya
adalah acara mencuci piring dan menyapu lantai, tentu saja masih dengan
perasaan malas dan mengeluh. Bawaannya pengen suudzon terus sama hidup. Kadang berfikir
kenapa ini terlalu berat bahkan terkadang berfikir melebihi itu..sungguh
bersyukur itu mudah tapi kenapa susah..ya Allah..
Hari ini jadwalnya pergi kekampus
sebentar, meski yang lain libur. Tapi ini musti tetap masuk gara-gara ada
beberapa proposal yang masih harus dikonsultasikan..Sebagai bentuk tanggung
jawab karena telah mengikuti organisasi mahasiswa yang ada di kampus. Jadi mau
ngga mau harus ikhlas dan terus belajar untuk ikhlas. Seperti biasa, jika naik speda motor slalu ngebut takut
telat. Sesampainya dikampus eh ternyata temen yang diajak janjian malah belum datang.
Sambil nunggu aku duduk dikursi yang ada disebelah ruang tata usaha. Disana ada
pak satpam dan ada dosen PAI, salah satu dosen favoritku J. Beliau sangat sabar dan bijaksana, dan akhirnya kami
berbincang-bincang sebentar mengenai perkembangan organisasi kampus. Dan beliau
meminta beberapa file terkait dengan kegitan yang telah dan hendak
dilaksanakan. 20 menit sudah terlewati sampai akhirnya pada topic pembicaraan
yang aku sukai, yakni “Akhwat Sholehah”.
“Pak,
maaf sebelumnya tapi saya ingin bertanya. Menurut bpak, sebenarnya wanita
sholehah itu yang bagaimana?” aku bertanya dengan sedikit perasaan takut.
“Kalau
menurut bpak, wanita sholehah itu salah stunya adalah yang mampu menjaga kehormatannya
baik sebelum menikah ataupun stelah menikah (hnya untk suami). Sperti itu
mbak..”
“Oh
begitu, lalu pak mengenai hal “menikah” saya sering mendengar istilah ‘khitbah’
itu yang bagaimana ya pak?”
“Kalau
mudahnya, khitbah itu seperti melamar mbak. jadi seorang wanita yang sudah
dikhitbah oleh seorang laki-laki, ia tidak boleh menerima lamaran dari
laki-laki yang lain. Tapi tetap saja khitbah itu tidak boleh dijadikan alasan untuk
melanggar batasan antara wanita dan laki-laki. Karena khitbah belum
menghalalkan yang haram.” Beliau menjelaskan panjang lebar. Tapi hanya ini yang
saya ingat.
“Terima
kasih njih pak, atas jawabannya”
“Kog
tiba-tiba tanya soal hal ini, apa mbak sudah ada gambaran ihkwan’y hayoo..”
“Hehe..belum
sih pak, buat pengetahuan sja. Kalo masalah itu insha Allah stelah lulus nanti
sja.” Jwabku malu-malu..hehe
Stelah
menunggu 20menit lebih, akhirnya teman yang ditunggu datang juga. Sekaligus sebagai
akhir dari perbincanganku dengan pak dosen yang membuat pikiranku cerah
kembali. Alhamdulillah.. terima kasih njih pak atas ilmu dan nasihatnya pagi
ini. Pikirku dalam hati…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar